ON LINE

Followers

KECERDASAN EMOSIONAL.

Diposting oleh BLOG SEHAT ALAMI Kamis, 27 Oktober 2011

Dunia pendidikan yang membina hubungan antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar tentu akan bersinggungan dengan istilah Intelligence Quotient ( IQ ) yang mengacu pada kecerdasan anak didik dalam menerima pelajaran dari guru. Bukan saja kecerdasan anak didik dalam mencerna materi pelajaran yang diajarkan oleh gurunya sehingga semua pelajaran dapat diserap dengan mudah menjadikannya dia sebagai murid genius. Akan tetapi kecerdasan guru dalam menyampaikan semua ilmu kepada muridnya juga memerlukan kesabaran tersendiri manakala semua muridnya tidak semuanya mempunyai IQ sama cerdas. Artinya ada murid cerdas gampang menerima materi pelajaran, ada pula murid bebal yang susah mencerna materi pelajaran sehingga guru perlu waktu untuk menerangkan materi pelajaran berulang-ulang.



Rambut murid dan guru boleh mempunyai warna sama, kita sebut saja warna hitam yang menandakan otak pemiliknya mampu membedakan yang benar dan salah secara logika dalam berpikir. Jika logika mengatakan bahwa 2 ditambah 2 sama dengan4 berdasarkan rumus ilmu hitung, maka seorang anak sekolah dasar tingkat satu pun mampu menjawab soal yang ditanyakan ini dengan cepat. Artinya anak ini mempunyai kemampuan intelligence quotient yang menandakan dia cukup cerdas dalam menjawab pertanyaan soal yang ditanyakan gurunya.



Lantas apa sebenarnya kemampuan intelligence itu? Kemampuan intelligence quotient merupakan istilah yang cukup akrab didengar dalam dunia pendidikan. Sudah sering kita mendengar bahwa IQ atau kecerdasan menjadi patokan cerdas tidaknya seseorang dalam menerima pesan yang disampaikan orang lain. Dengan ukuran IQ pula salah satu prasyarat seseorang bisa memasuki dunia pendidikan ataupun dunia kerja.



Namun tidak seluruhnya IQ menjadi syarat mutlak seseorang menjadi sukses dalam hidupnya. Dalam perkembangannya, selain kecerdasan intelektual pada diri seorang, ada pula kecerdasan emosional yang cukup menentukan apakah seseorang mampu mengelola emosinya secara baik daripada dia menggunakan semua emosinya dengan tidak benar. Karena itulah dalam perkembangannya, Emotional Intelligence ( EI ) atau kecerdasan emosional pun harus diperhatikan dengan benar.


Kemampuan mengelola emosi dalam diri wanita merupakan salah satu cara agar perasaan dapat terungkap dengan jelas.


Menurut Rumah Pengetahuan, menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosinya saat dia menghadapi situasi yang menyenangkan ataupun menyakitkan. Karena hidup manusia adalah ibarat naik perahu yang terus bergoyang seiring bergeraknya ombak di lautan, maka penumpang pun terkadang bergoyang posisi duduknya ke atas dan ada kalanya posisi duduknya bergoyang ke bawah. Lebih ekstremnya lagi ada senang ada pula sedih perasaannya. Ada untung ada pula kemalangan yang bakal menimpanya.



Karena hidup manusia ibarat matahari yang terbit di ufuk timur dan akan tenggelam di ufuk barat dipadu dengan irama angin yang bertiup kencang dan pelan, maka Daniel Goleman tertarik untuk menulis hal tentang EI yang dikaitkan dengan ketrampilan seseorang dalam mengatur emosinya dalam menghadapi masalah hidup. Manusia hidup perlu perjuangan untuk menentukan di posisi mana dia akan berada, apakah seterusnya ataukah sementara jika dikaitkan dengan ketahanan dia untuk siap hidup sukses dan siap pula gagal.



Dalam bukunya Emotional Intelligence, Why It Can Matter More than IQ, Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa agar tetap seimbang. Lebih jauh Goleman membagi EI ke dalam lima bidang kompetensi.



1. Pertama adalah kemampuan untuk mengidentifikasi atau mengenal emosi dirinya sendiri serta kemampuan memahami hubungan antara emosi, pikiran dan tindakan.



2. Kedua adalah kemampuan untuk mengelola emosi. Hal ini berarti mengatur perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat.



3. Ketiga adalah kemampuan untuk memotivasi diri yang dapat ditelusuri dengan cara menerima sikap optimis dan berpikir positif.



4. Keempat adalah kemampuan untuk membaca dan mengenal emosi orang lain ( empati ).



5. Kelima adalah kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain. Otomatis kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain menjadi satu bentuk keterampilan yang sangat mendukung keberhasilan seseorang dalam bergaul dengan orang lain dalam kehidupan sosial baik di lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, organisasi tempat bekerja dan organisasi dalam mengelola manajemen pemerintahan.

0 komentar

Posting Komentar

SOFTWARE PSR.

ARUMSEKAR ON FACE BOOK.

REIKI LIKE

KOTA DAN NEGARA

STATISTIK ALEXA

About Me

Foto saya
Saya adalah manusia biasa seperti Anda juga yang sama-sama mengarungi hidup ini dengan menjalin tali persahabatan.Masih ingin belajar untuk meningkatkan pengetahuan khususnya bidang kesehatan alami. Karena itu saya tertarik belajar REIKI dan dengan REIKI pula saya belajar menyembuhkan diri sendiri dari gangguan penyakit. Namun demikian saya juga berteman dengan kalangan medis yang berprofesi dokter, perawat sekaligus sebagai Praktisi Reiki. Dengan merekalah saya belajar untuk menjadi manusia sehat baik jasmani dan rukhani. Senang melakukan perjalanan dinas karena tuntutan pekerjaan.

Blog Archive

ARUM ON BLOG SPOT COM.