Semua sahabat sehat dengan reiki kundalini plus energi esoterik ala Waskita Reiki yang
berasal dari kota Solo tentu saat ini sudah tiba di kampung halaman
tercinta. Saat nya berkumpul, bersilaturahmi dengan kerabat, handai
taulan, teman sekampung bahkan mantan pacar yang pernah menjalin cinta
dulu untuk bersama-sama merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1434 H yang Insya
Allah akan jatuh Kamis ( 8/8/13 ) esok. Lebaran kali ini tidak jauh
berbeda dengan tahun lalu, baik gemanya, suasananya maupun dengan siapa
kita pernah menjalin silahturahmi.
Bagi
sahabat Blog ataupun Facebook yang berasal dari Solo tentu akan
memanfaatkan waktu luang Lebaran kali ini dengan menyempatkan diri
kangen-kangenan dengan makanan khas kota Solo yang pernah akrab di
lidahnya. Sebenarnya makanan khas kota Bengawan sangat banyak jenisnya.
Mulai dari yang kaya akan lemak tinggi, juga kaya akan serat.
Namun,
dalam momen lebaran kali ini tak ada salahnya kembali mencicipi aroma
tengkleng di habitat aslinya, kota Solo. Apa itu tengkleng dan cara
membuatnya, sudah banyak program kuliner di televisi atau pun koran dan
radio dijelaskan oleh pakar kuliner, mulai dari yang penampilannya
cantik, gemes hingga koki cowok yang njawani. Untuk itulah mumpung
berada di Solo, membicarakan tengkleng sebagai makanan khas kota ini
tentu sah-sah saja.
Siapa
pun Anda yang pernah singgah di kota Solo tentu kenal tengkleng.
Jelajah resto melansir tengkleng sebagai makanan berbahan dasar tulang,
kepala, jeroan dan kaki yang berasal dari kambing atau sapi. Kenikmatan
menyantap tengkleng di habitatnya terletak pada saat menggigit daging
yang menempel di tulangnya.
Setelah
daging digigit dan cuwil dari tulangnya, kini giliran sumsum tulang
muda sapi atau kambing disusrup ( dihisap ) agar keluar dari lubang
tulang. Kenikmatan nyrusup sumsum dari dalam tulang akan menimbulkan
sensasi tersendiri dan tengkleng ini bisa dinikmati dengan atau tanpa
nasi. Jika sudah selesai nyruput sumsum, kini giliran kuah tengkleng
cair dihabiskan sendok demi sendok hingga tandas dari piring.
Berbeda
dengan gulai kambing, kuah tengkleng tidak menggunakan santan sehingga
terlihat lebih bening. Kuahnya bercita rasa pedas-manis dengan bumbu
bawang merah, putih, kemiri, merica, ketumbar, lengkuas, jahe dan tentu
saja cabai rawit. Konon tengkleng adalah makanan kere alias rakyat jelata kerena tidak bisa menikmati sajian daging sapi atau kambing yang dibuat tongseng.
Padahal penikmat tengkleng tidak saja rakyat jelata. Juragan batik yang belum terindikasi kolesterol tinggi yang disebut ndoro kakung dan mbok mase waktu
mudanya juga seneng dengan tengkleng. Karena begitu merakyatnya
tengkleng di mata orang Solo, dalam perjalanannya, tengkleng menjadi
makanan primadona. Tengkleng akhirnya menjadi salah satu makanan yang
paling diburu penikmat kuliner saat sowan ke Solo.
Dengan
kata lain jangan mati dulu sebelum menikmati tengkleng Solo. Pendek
kata tengkleng kini telah munggah bale alias naik pangkat. Mulai dari
rakyat jelata, pejabat dan pendatang yang bekerja di Solo pasti pernah
mencicipinya saat ditawari oleh rekannya yang asli wong Solo.
Jika
kebetulan Anda saat ini tengah mudik di kota Solo atau pun sekedar
jalan-jalan di Solo, ada banyak warung makan dengan tengkleng sebagai
menu utama. Warung tengkleng banyak bertebaran di Solo, mulai dari
restoran kondang hingga mbok-mbok yang menjajakan tengkleng keliling
dengan bakul di gendongan, keluar masuk kampung menjajakan tengkleng.
Jadi, silahkan menikmati tengkleng jika anda masih dalam kondisi normal
kolesterolnya, asalkan tidak berlebihan.
Selamat
datang kembali di kota Solo, The Spirit of Java dan nikmati kuliner
khas kota ini dalam acara mudik Lebaran 2013 dengan sepiring tengkleng
dan kabarkan kepada kerabat dekat Anda bahwa tengkleng saat ini sudah
jadi makanan rakyat. Selain tengkleng jika anda masih penasaran dengan
kuliner khas Solo, silahkan cicipi nasi liwet dan serabi. Di kota ini,
Anda dapat menemukan makanan kegemaran dengan harga terjangkau.
Salam.....
Foto : Tim Indonesia Exploride.
0 komentar