REIKI.

Reiki adalah tradisi esoterik dari Tibet 8 abad sebelum Masehi yang mendayagunakan energi alam semesta untuk menyembuhkan penyakit di zaman itu. Terkenal dengan istilah penyembuhan Buddha. Lalu abad 1 Masehi lahir Nabi Isa (Kristen menyebutnya Yesus) yang diberi mujizat Tuhan dengan kemampuan penyembuhan penyakit sopak, buta dan menghidupkan kembali manusia yang sudah mati dengan izinNYA. Nabi Isa melakukan penyembuhan hanya dengan mengusap/menyentuh tubuh pasien. Energi kasih yang diberikan Yesus (Isa) mengalir dan menyembuhkan pasien.


Dan sebenarnya kita sebagai manusia normal secara default pun dianugerahi kemampuan menyembuhkan diri sendiri untuk kasus penyakit ringan atau berat. Ya, energi penyembuhan ini berasal dari alam semesta. Di Jepang istilah ini mengacu pada bahasa Jepang REI= alam semesta dan KI= energi. China menyebutnya CHI, Arab menyebut Baraka. Dan pada manusia primitip jaman pra sejarahpun tradisi ini tetap dipakai.


Bertahun-tahun metode ini hilang dari peradaban sejarah manusia dan baru di abad 19 seorang Jepang bernama Mikao Usui berhasil menemukannya kembali setelah sebelumnya mempelajari Sutra berbahasa Shansekerta pada lontar kuno di Tibet. Sekembalinya ke Jepang Mikao Usui semakin getol mempelajari teknik penyembuhan ini dan melakukan MEDITASI dan PUASA selama 21 hari di Gunung Kuri Yama.


Akhir dari meditasi dan puasa 21 hari inilah dia mendapatkan Attunement Gaib dan simbol-simbol REIKI untuk menduplikasi REIKI kepada orang lain, yaitu murid-murid USUI agar punya kemampuan penyembuhan metode REIKI. Mikao Usui pun mempraktekkan Reiki untuk masyarakat miskin Jepang di sekitar tempat tinggalnya. Dari kasus penyakit berat dan ringan melalui proses penyaluran Reiki ini pasien sembuh.


Dalam perjalanan REIKI lalu menyebar ke Barat (Western Reiki) lalu ke Timur masuk Indonesia tahun 1996 yang dibawa oleh Master Yan Nurindra dan Irmansyah Efendi yang mempelajari REIKI dengan Master Reiki Amerika. Reiki kemudian menjadi terkenal dan sampai saat ini dipraktekkan oleh praktisi Reiki dari berbagai aliran, termasuk saya pribadi yang mempelajari Reiki dari tradisi GTummo dan Kundalini Reiki sejak 2003.


Dengan mengalirkan REIKI setiap hari ke diri sendiri (self healing) selama 55 menit ke 18 titik di tubuh kita sendiri juga mengirimkan REIKI untuk pasien jarak jauh saya merasakan manfaat metode penyembuhan ini. Reaksi yang muncul adalah energi panas, dingin, hangat bahkan tak ada rasa sama sekali pada tubuh kita atau tubuh pasien penerimanya. Agar tubuh tetap bugar dan sehat anjuran dokter pun saya patuhi termasuk olah raga jalan kaki selama 1 jam jarak 4 km.


Di samping olah raga kita sebagai praktisi REIKI juga dituntut untuk melakukan olah jiwa (meditasi) layaknya Anda Mas Kusumo yang orang Bali minimal 2 kali sehari pagi dan malam hari sebelum tidur. Jadi REIKI adalah bukan sempalan agama, tapi salah satu cara mengakses energi alam semesta dan tidak ada hubungannya dengan agama tertentu. Nah kalau kita tahu bahwa diri kita punya potensi menyembuhkan diri sendiri kenapa tidak mau belajar?


Teman-teman praktisi Reiki pun banyak dari kalangan medis (dokter yang sudah bergelar Prof.Dr.dr pun belajar Reiki) termasuk rohaniawan, ustad, biku, pelajar, mahasiswa, karyawan merasakan manfaat REIKI bagi kebugaran tubuh fisik dan tentunya spiritual sesuai iman dan kepercayaannya dengan izin Tuhan YME. Untuk Mas Kusumo apabila Anda ingin merasakan REIKI mengalir ke Anda, saya mohon Anda lakukan meditasi penerimaan REIKI di tempat Anda tinggal mulai jam 22.00 s/d 22.30. Tapi untuk praktek
saya mohon mas Kusumo add saya di Yahoo Mesanger GMail.Com.


REIKI bukan untuk menyakiti tetapi untuk mengasihi setiap individu yang punya masalah kesehatan agar tetap sehat sampai usia tua. Yang perlu dicamkan sebelum praktek REIKI harus berdoa dulu kepada TUHAN YME sesuai Iman Kepercayaan kita masing-masing.Setelah me REIKI juga doa syukur. Kesembuhan hanya milik Tuhan dan dimata Tuhan tidak ada yang mustahil, jika berkehendak Terjadi….terjadilah. link saya Reiki di http://www.padmajaya.com/ Sukses untuk Anda Mas Kusumo.