Kudus ( ESPOS ).
Sebanyak 42 warga Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis ( 29/12), keracunan setelah mengonsumsi makanan yang dihidangkan dalam acara pengajian rutin tingkat rukun warga ( RW ) di desa setempat. Akibatnya, puluhan korban harus dilarikan ke puskesmas dan beberapa rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama. Salah seorang korban keracunan, Ruminah ( 35) yang menjalani perawatan di Puskesmas Dawe, menuturkan awal kejadian ketika ia bersama puluhan warga desa dari empat rukun tetangga ( RT) di RW I, mengkuti pengajian Nariyah rutin di rumah Saeroji di RT 1, Rabu ( 28/12).
Pengajian dimulai sekitar pukul 18.00 WIB, tepatnya setelah sholat Magrib, dengan jumlah anggota pengajian sekitar 90-an orang. "Tapi jumlah warga yang hadir diperkirakan hanya sekitar 42-an orang, kata Ruminah. Makanan yang dihidangkan pada acara rutin setiap Rabu itu berupa nasi goreng, ayam goreng, telur goreng, martabak, mentimun, teh kemasan gelas dan kerupuk. Setelah mencoba semua makanan yang dihidangkan, ibu tiga anak itu mengaku tidak merasakan gejala aneh.
MAYORITAS JAMAAH WANITA.
Tapi, Rabu pukul 23.00 WIB, mulai muncul gejala aneh yaitu mual-mual, kepala pusing dan panas dingin. " Awalnya gejala itu hal biasa karena cuaca Kudus saat ini sedang memasuki musim hujan. Namun suhu panas badan semakin tinggi, jadi harus dilarikan ke Puskesman Dawe pagi harinya, " tutur warga lainnya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus ( DKK ), Djoko Triyono, didampingi Kepala Puskesmas Dawe, Budi Santoso, menjelaskan jumlah warga yang diduga keracunan makanan mencapai 42 orang. Dari jumlah itu, sambungnya, ada yang dirawat di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus satu orang, Rumah Sakit Aisyiyah empat orang, sedangkan lainnya dirawat di puskesmas lain. Puskesmas yang bisa dijadikan altelrnatif wargaa ketika Puskesmas Dawe penuh, yakni Puskesmas Gribig dan Rejosari. Sedangkan Bae meskipun dekat dengan rumah warga yang menjadi korban keracunan tidak tersedia ruang rawat inap.
Penanganan sementara menutur Djoko Triyono, sejumlah korban keracunan yang dianggap parah mendapatkan bantuan infus, sedangkan gejala keracunan ringan hanya diberi obat dan pemeriksaan tekanan darah semua pasien. Mayoritas korban keracunan ibu rumah tangga dan dua orang di antaranya anak perempuan usia 10 tahun. Untuk mengetahui penyebab warga mengalami keracunan, sampel muntahan dan kotoran milik korban dikirimkan ke Laboratoriom Daerah Provinsi Jateng. ( Ant)
0 komentar