Melintas alam Desa Songbanyu Kecamatan Girisubo Gunung Kidul sungguh indah. Alam di sini sungguh memikat dengan tebing-tebingnya yang tinggi dengan paduan pantai laut Selatan Jawa yang berombak tinggi menjadikan Pelabuhan Sadeng cukup ramai sebagai penghasil ikan tuna untuk kawasan Gunung Kidul. Di samping ikan tuna, lobster pun menjadi tangkapan nelayan tradisionil setempat. Songbanyu...nama yang agak aneh sehat dengan reiki dengar namun menurut penuturan penduduk setempat, wilayah desa itu bermakna tebing berair yang dahulu kala merupakan muara dari Sungai Bengawan Solo Purba.
Layaknya desa di pulau Jawa mayoritas masyarakat setempat adalah bertani. Mereka menanam padi, kacang tanah, umbi-umbian dan kacang polong di samping memelihara sapi, kerbau, kambing,unggas dan kuda. Sayang saat ini kemarau tengah mendera kawasan ini. Untuk menghemat air di musim kemarau ini, warga terpaksa hidup berhemat air. Di pantai Sadeng yang merupakan muara terakhir dari Sungai Bengawan Solo Purba warga terpaksa mengebor tanah sedalam tiga meter untuk memperoleh air bersih.
Satu-satunya sumur yang terletak di dekat Telaga Suling yang dahulu merupakan dasar lembah Sungai Bengawan Solo Purba harus dibuat dengan cara mengebor tanah hingga 150 meter untuk mendapatkan air bersih. Setelah air bersih didapat barulah air itu ditampung dalam bak lalu dialirkan dengan pipa ke beberapa desa termasuk Desa Songbanyu. Nah berada di desa yang nyaman ini bila berbicara kepada penduduk setempat akan makanan khas rakyat Indonesia, mereka menyebut singkong dan tempe. Kenapa harus tempe? Mari sambil makan tempe di Songbanyu, sehat bersama reiki lihat manfaat tempe untuk kesehatan harian kita.
Tempe merupakan makanan harian yang cukup mudah didapat dan dibuat. Beruntunglah bangsa Indonesia yang telah menemukan dan menggunakan tempe sebagai menu harian. Sebab tempe tidak saja gurih tapi juga memiliki khasiat bagi kesehatan manusia. Sebut saja khasiat tempe untuk mencegah penuaan, menurunkan kolesterol dalam darah dan meningkatkan kadar haemoglobin.
Yang menggembirakan tempe sudah dijadikan hidangan oleh bangsa lain sebagai menu harian utama setelah kentang dan nasi. Karena itu sebagai bangsa penemu tempe kita tidak boleh malu mengkonsumsi tempe. Dengan alasan kesan modern tidak perlu kita mengganti tempe dengan makanan modern yang serba fast dalam penyajian. Ya di desa Songbanyu ini mendapatkan tempe begitu mudah. Ia dapat ditemui di pasar tradisional desa atau pun di warung.
Begitu mudahnya mendapatkan tempe mengingat tempe sendiri sudah akrab berteman dengan kita. Kendati import masakan modern menyerbu kota besar bahkan kota kabupaten dan telah mempengaruhi selera makan sebagian masyarakat, kita perlu merenung agar tidak meremehkan tempe. Menjadi bagian dari masyarakat Indonesia hendaknya kita menghidangkan tempe sebagai pelengkap teman makan harian. Entah dengan alasan menjadi vegetarian, menjaga kesehatan, melaksanakan progam diet rasa-rasanya tempe layak terus kita konsumsi.
Rumah makan di daerah Gunung Kidul pun menyediakan pula terik tempe. Olahan tempe ini ditambah bahan pembantu dan bumbu-bumbu terpilih menjadikan tempe semakin tinggi kadar gizinya. Konon terik tempe dapat menurunkan kolesterol dalam darah. Di kota besar pun pizza tempe selain disajikan dalam kemasan modern ternyata juga mengandung protein nabati yang tinggi. Aneka lomba masak ibu-ibu rt setiap memperingati hari kemerdekaan pun selalu membuat tempe sebagai menu hidangan yang dilombakan. Diam-diam tempe juga hadir sebagai hidangan lezat di restoran hotel berbintang.
Menurut gaya hidup awet muda dari makan tempe hingga terapi kembali muda lewat olah pernapasan, pada prinsipnya membuat tempe lewat dua tahap, yakni (a) tahap pemasakan dan (b) tahap fermentasi dengan menggunakan cendawan atau kapang Rhizoporus Oligosporus. Sebagai makanan protein nabati tempe mengandung protein cukup tinggi yaitu 18,3 gram/100 gram tempe. Selain itu tempe juga mengandung zat besi cukup tinggi di mana setiap 100 gram tempe kering mengandung 10 miligram zat besi.
Tempe juga mengandung abu, kalsium, vitamin dan beberapa asam amino yang sangat dibutuhkan tubuh manusia. Dengan melihat proses fermentasi dan kandungan gizi, tempe sendiri ternyata memiliki banyak khasiat sebagaimana telah dibuktikan melalui penelitian ilmiah di antaranya:
1. Menghambat proses penuaan.
Hasil penelitian mutakhir Dr. Mary Astuti dari Universitas Gajah Mada Yogjakarta yang menyatakan tempe mengandung superoksida desmutase ( SOD). SOD mengendalikan radikal bebas hidroksil dan sekaligus memicu tubuh untuk membentuk superoksida. Dengan rajin mengkonsumsi tempe diharapkan dapat menghambat proses penuaan.
2. Mencegah penyakit kanker.
Dalam proses metabolisme diketahui sebanyak 17 persen dari oksigen diubah menjadi radikal bebas superokside. Padahal radikal bebas ini sangat berbahaya jika ada faktor-faktor yang membuatnya menjadi radikal bebas hidroksil. Radikal bebas dapat memicu menjadi penyakit kanker. Untungnya dalam tempe terdapat SOD yang mampu mencegah timbulnya penyakit kanker.
3. Mencegah penyakit jantung koroner.
Adanya zat besi sebanyak 10 miligram per 100 gram tempe memiliki khasiat tersendiri. Zat besi mudah diserap tubuh dan mampu mengurangi sel darah merah gampang pecah. Sedangkan kemampuan hipokolesterimiknya dapat menurunkan kadar lemak. Makan tempe berarti Anda dapat mencegah timbulnya penyakit jantung koroner akibat penyumbatan pembuluh darah.
4. Menurunkan kolesterol.
Kandungan serat dalam tempe merupakan komponen hidratarang yang sulit dicerna. Karena sulitnya dicerna dan tidak gampang larut maka mampu mengikat kolesterol yang ada dalam asam empedu. Selanjutnya ikatan kolesterol tersebut ke luar bersama kotoran tubuh. Peran serat tidak larut dalam tempe adalah menurunkan kolesterol.
5. Mencegah penyakit anemia.
Penyakit anemia merupakan penyakit kekurangan zat besi dengan tanda oleh rendahnya kadar haemoglobin darah. Pada kenyataannya haemoglobin merpakan senyawa komplek protein yang mengandung zat besi. Mengonsumsi tempe dengan sendirinya dapat meningkatkan kadar haemoglobin yang berarti mampu mencegah penyakit anemia.
Dengan latar belakang pembuatan tempe dari bahan baku kedelai yang diolah menjadi tempe tampaknya keberadaan tempe akan selalu ada di setiap rumah tangga Indonesia. Lantas kapan tempe hadir di Indonesia? Diperkirakan tempe lahir pada abad ke-19. Sebagaimana tertulis dalam Serat Centini yang terbit tahun 1815 di Keraton Solo, menyebutkan orang Jawa telah memiliki budaya makan tempe. Dalam Encyclopedia van Nederlandsch Indie tahun 1922, tempe digambarkan sebagai kue dan merupakan makanan rakyat (volk's voedsel). Nah siapa penemu tempe sejatinya? Sampai sekarang masih anonim.
"Nah siapa penemu tempe sejatinya?" Whienda lho, tadi yang nemu di pasar?
Di Gunung Kidul tuh, wilayah Inggris, ya, Mbak? Kok nama desanya Song by You! Sungkem to You! (Whienda harus panggil Mbak apa Tante, sih! Bingung aku!)