Lebaran bagi warga Solo adalah acara silaturahmi dengan saling berkunjung ke kerabat atau tetangga setelah selesai menjalankan solat Ied. Tradisi mudik bagi warga perantauan yang datang ke Solo pun tidak lupa pula untuk mengisi hari libur lebaran dengan berkunjung ke objek wisata seputar kota Solo. Warga Solo sendiri pun di hari libur pertama lebih banyak mengisi waktunya untuk silaturahmi.Objek wisata Solo yang ramai dikunjungi wisatawan adalah Taman Balai Kambang, Taman Jurug di tepian Bengawan Solo juga Taman Sriwedari.
Tradisi berkunjung ke Taman Sriwedari bagi sehat dengan reiki dan teman-teman sekampung adalah cara untuk mengisi liburan ketika lebaran tiba. Saat itu seputar tahun 1960-1970 Taman Sriwedari begitu elok. Setiap malam selalu menampilkan pertunjukkan wayang orang. Bahkan di Minggu siangpun pentas wayang orang juga manggung. Keramaian Taman Sriwedari menjadi lengkap manakala Kebon Binatang Sriwedari pun juga dibuka untuk umum. Pengunjung yang datang dari Klaten, Boyolali bahkan Wonogiri dan Baturetno bisa menggunakan angkutan kereta api uap yang melayani trayek Purwosari - Baturetno lalu turun pas di halte Taman Sriwedari.
Itu kenangan dulu ketika sehat bersama reiki masih tinggal di Solo. Lebaran tahun ini pun tampaknya Solo menjadi kota tujuan wisata yang kebetulan lewat Solo dalam perjalanan menuju Sragen, Purwodadi dan Surabaya. Di samping Pasar Klewer yang setiap Lebaran tiba, suasana Pasar Klewer dan sekitarnya bisa dipastikan macet total oleh pengunjung yang berbelanja. Tempat parkir di Alun-alun Lor pun penuh kendaraan dengan plat B dan kota lain di Jawa. Ini menandakan bahwa warga luar Solo yang mudik pun menyempatkan diri datang ke Pasar Klewer.
Yang mengejutkan selain julukan kota Solo sebagai kota budaya adalah kota tempat matinya gembong teroris Noordin M.Top yang selama 9 tahun ini menebarkan teror bom kepada orang yang tidak berdosa. Di Solo inilah kelompok teroris menemui ajalnya setelah Pasukan Densus 88 menyerbu rumah yang dikontrak Susilo. Rumah yang terletak di Dukuh Kepuhsari, Mojosongo, Solo digerebek Satuan Anti Teror Densus 88 hari Rabu 16 hingga 17 September 2009 kemaren. Kini rumah tempat tinggal teroris itu menjadi tujuan wisata dadakan bagi warga Solo dan sekitarnya yang hanya sekedar ingin melihat rumah yang porak poranda.
Menurut keterangan reporter Ria FM Solo di hari akhir puasa dan lebaran pertama banyak pengunjung yang datang melihat lokasi ini. Karena banyaknya pendatang maka dibuatlah tempat parkir kendaraan bermotor yang mengenakan tarip parkir sepeda motor 2 ribu dan roda empat 5 ribu rupiah. Antusias warga pendatang ini tampaknya membawa berkah rejeki tersendiri bagi warga setempat dengan menjual aneka makanan dan minuman. Sekalipun rumah tempat tinggal gembong teroris sudah hancur berantakan dan kini dipagar seng antusias warga untuk berfoto dengan latar belakang rumah teroris tetap banyak. Mereka ingin membuat foto profil yang nantinya ingin dipasang di situs jejaring face book dan twitter. Ah....ada-ada saja.
Jadi bagi Anda yang hendak berkendara ke Sragen melewati ring road Solo Utara tak ada salahnya mampir sejenak menyaksikan rumah sarang teroris ini, siapa tahu Anda bisa berphoto menggunakan latar belakang rumah yang telah hancur hanya sekedar untuk kenang-kenangan.
artikel yang bagus bang setiawan membawa saya kesini