Di tebing perbukitan sekitar wilayah Cianjur saat ini masih rawan tehadap longsoran susulan jika terjadi hujan maupun gempa. Longsor batu di Cianjur merupakan bagian dari longsoran purba yang pernah terjadi empat juga tahun lalu. Empat juta tahun lalu?
Itulah prolog yang sehat dengan reiki terima terakhir dari update sekitar berita gempa bumi yang terjadi seminggu lalu yang salah satunya menerjang daerah Cianjur. Lokasi runtuhan batuan di Cianjur Jawa Barat merupakan salah satu bagian dari longsoran purba. Setidaknya hal ini dicirikan dengan adanya bentuk morfologi berupa tebing perbukitan yang tegak dan lengkung seperti tapal kuda memanjang sepanjang sekitar 20 kilometer.
Menurut pakar geologi Universitas Gajahmada Dwikora Karnawati, lembah deposit runtuhan longsor purba di kaki tebing inilah yang sekarang ini berkembang menjadi tempat permukiman yang terus berkembang hingga meluas ke arah tebing. Dari hasil pengukuran lapangan tercatat luncuran batuan dapat mencapai 550 meter dari kaki tebing. Karena cukup berbahaya disarankan agar zona sepanjang lereng bebas dari hunian.
Endapan hasil runtuhan batuan yang terjadi akibat gempa 2 September lalu masih relatif rapuh. Endapan batuan tersebut masih mungkin bergerak atau runtuh lagi terutama jika terjadi guncangan gempa, hujan atau penggalian yang tidak terkontrol. Berdasarkan hasil penelitian tim geologi, sepanjang tebing batuan yang menghampar melewati sejumlah desa diantarnya Desa Cijambu, Cisitu, Pasir Bayur, Sukaresik, Cikangkareng dan Babakan merupakan tebing batuan yang rapuh dan rentan runtuh.
Hal ini disebabkan batuan yang cukup rapat pada tebing yang tegak dimana runtuhan batuan pernah terjadi beberapa kali, terbukti dengan dijumpainya endapan talus atau endapan runtuhan batu yang terkumpul di kaki tebing. Kalau daerah Cianjur masih mendata jumlah korban yang belum diketemukan di areal longsoran ini, bagaimana dengan Tasikmalaya yang juga kena gempa?
Yang paling menderita akibat bencana gempa bumi di Tasikmalaya Jawa Barat adalah anak-anak. Mereka terpaksa tinggal di pengungsian untuk sementara waktu dan belum berani pulang ke tempat tinggal masing-masing. Karena itu untuk menghilangkan ketakutan akibat gempa perlu perhatian khusus untuk mengurangi kesedihan dan trauma mereka.
Anak-anak ini semula tinggal di Desa Suka Setia, Kecamatan Cisarong Tasikmalaya. Mereka masih menempati sejumlah tempat pengungsian bersama sekitar 12 ribu lebih pengungsi lainnya di Kecamatan Cisarong. Bangunan sekolah mereka sebagian rusak karena itu mereka diliburkan sekolah. Beruntung di lokasi pengungsian kini ada relawan pendampingan korban gempa yang memberikan perhatian khusus bagi anak-anak korban gempa. Setiap hari anak-anak ini diajak bermain dengan gembira.
Tidak saja posko khusus bagi anak-anak. Posko kesehatan pun didirikan untuk melayani para pengungsi yang sebagian besar mulai terserang penyakit Ispa. Selain itu berbagai bantuan pun terus mengalir ke lokasi ini diantaranya dari Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional Hajjah Mufida Jusuf Kalla. Bantuan yang diberikan kepada pengungsi berupa uang senilai 650 juta rupiah, 3100 sarung dan kebutuhan obat-obatan serta keperluan mandi.
Sumber gambar : www.facebook.com
Sayah heran kenapa Negaraku ini selalu di landa musibah... atau emang benar kutipan lagu dari oom ebbit "Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa....
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita... Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang" lho koq malah nyanyi sayah ini :D