Duapuluh tahun silam anak pertamaku mengajak jalan-jalan ke Mal di Bilangan Blog M pas hari Minggu seperti saat ini. Sehat dengan reiki saat itu sedang menyelesaikan pengetikan makalah untuk persiapan seminar kuliah Senin esoknya. Dalam kesempatan di hari libur kerja dan kuliah seperti hari Minggu ini akhirnya kami keluarga sehat dengan reiki berangkat ke Blok M. Ini namanya sayang anak bukan?
Sambil menyaksikan kegembiraan anak saya berlari ke sana ke mari bersama teman sebaya di arena permainan anak-anak, seorang penjual minuman lewat dan menawarkan dagangannya. Yang dipilih anak saya bukan minuman atau makanan untuk dibeli tetapi permen karet. Memang di tahun 1989 permen karet menjadi permen kegemaran bagi orang tua maupun anak-anak. Di samping rasanya manis, kenyal dan enak berlama-lama dikulum, permen karet ini bisa menghilangkan rasa dahaga untuk sementara waktu.
Kami juga melihat pasangan suami istri sama-sama mengunyah permen karet di mal ini. Namun sayang ketika permen karet habis rasa manisnya, permen itu dibuang begitu saja sembarangan. Tak terkecuali anak saya melakukan yang sama, membuang permen karet ke lantai. Sebagai orang tua yang sadar arti kebersihan lingkungan, saya pungut permen karet ini dan segera memasukkan ke tong sampah di mal itu. Begitulah kelakuan anak kecil saya waktu itu. Satu minggu berikutnya saya mengunjungi Candi Borobudur untuk meliput shooting film Cerita Untuk Anak Televisi berjudul Hamid dan Halimah.
Di pelataran Candi Agung Borobudur antara selasar tingkat satu dan dua candi ini terdapat lorong yang dibatasi oleh dinding batu. Namun apa yang terjadi kawan? Batu Candi yang tidak bisa berbicara dan diam membisu ini tidak bereaksi ketika beberapa anak sekolah menempelkan sisa permen karet yang habis dikulum ke dindingnya. Tampak sisa permen karet warna putih menempel di dinding batu yang terdapat lukisan ornamen perahu pinisi, pisowanan agung dan seekor gajah.
Kalau kita gemas dengan perilaku anak sendiri dan anak sekolah yang membuang sisa permen karet sembarangan, bagaimana halnya dengan pemerintah Meksiko yang ketika Candi Borobudur direnovasi telah memberikan bantuan pemugaran dengan mengirimkan ahli purbakala ke Indonesia, juga kesal dengan permen karet ini. Mari kita tengok kekesalan Pemerintah Meksiko terhadap permen karet ini.
Permen karet ternyata telah menjadi musuh di sebagian kota-kota besar dan kecil di dunia. Namun di Meksiko, pemerintah telah menyiapkan tim khusus dan mesin canggih teknologi Eropa untuk memerangi permen karet. Permen karet telah menjadi masalah besar di kota Meksiko. Terlebih membuang bekas permen karet ke tong sampah bukanlah kebiasaan warga di daerah ini.
Setelah permen karet di kunyah banyak yang membuangnya di sembarang tempat, terutama di fasilitas umum seperti bangku taman, kursi bus atau menempelkannya di dinding. Bahkan pejalan kaki tanpa sadar menginjak permen karet yang dibuang begitu saja di trotoar. Untuk itu pemerintah kota Meksiko menyatakan perang terhadap permen karet.
Terhitung 1 Pebruari 2009 lalu, jutaan permen karet yang dibuang di jalan dibersihkan oleh tim khusus yang terdiri 20 pekerja kebersihan lengkap dengan 10 mesin khusus yang canggih. Target mereka yakni mampu membersihkan sekitar 120 ribu permen karet yang telah dikunyah dalam waktu 8 hari. Ricardo Jaral Direktur Pelayanan dan Perawatan Kota Meksiko mengatakan, "Membersihkan permen karet ini penting bagi kesehatan dan melindungi bangunan serta jalan yang bernilai sejarah," katanya.
Para pekerja kebersihan baik pria atau wanita ini dibantu mesin teknologi Jerman dan Belanda bernama "pembasmi permen karet" seharga 55 juta rupiah atau setara 5 ribu dolar perbuahnya. Alat ini mampu membersihkan trotoar, bangku taman, bangunan bersejarah maupun benda-benda lainnya dari permen karet yang lengket tanpa merusak bangunan yang sedang dibersihkan.
Kalau pemerintah Meksiko sama-sama melawan permen karet dan berusaha membasminya, apakah kita juga perlu melakukan hal yang sama? Sehat dengan reiki pun berusaha melakukan hal sama dan yakin pengunjung blogku ini pun berbuat sama untuk tidak membuang sisa permen karet di sembarangan tempat. Sudahkan Anda sadar untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan? Sehat dengan reiki melaporkan untuk sekolah internet.
Sumber Reuters 10/2/09: disunting dan diterjemahkan by sehat dengan reiki.
saya pernah "mendengar", bahwa ribuan "sarung kareng" bekas dari industri sek Thailand dikumpulkan lalu di eksport ke AS. Lalu diolah menjadi permen karen dan dilempar ke pasar negara berkembang. Termasuk indonesia. Tul nggak mbak??
Tentu saja bohong.....
Bisa juga bisa tidak Mas. Namun yang perlu kita waspadai adalah rasa permen karet yang manis itu memang pemanis buatan yang tentunya mengandung unsur kimia. Termasuk bahan permen karet itu sendiri kan juga elastis, unsur kimianya tentu ada. Semua produk makanan dan minuman buatan pabrik selalu mengandung unsur kimia. Di sini termasuk juga suplemen/vitamin. Nah karena saya pribadi sudah menjadi praktisi reiki, semua makanan/minuman/obat-obatan sudah aku tingggalkan. Kalau berkunjung ke dokter dan dikasih obat, tetap aku terima namun obat/minuman/suplemen aku reiki dulu baru aku konsumsi. Alhamdullilah aku tetap sehat berkat Tuhan melalui Reiki. Tertarik Reiki belajar saja dan ikuti perkembangannya di blogku, terima kasih ya?