Kumandang azan Lohor terdengar begitu kendaraan sehat dengan reiki dan teman-teman memasuki kota Kudus. Siang itu udara begitu gerah namun laju kendaraan tetap dipacu agar segera sampai ke Mesjid Agung Kudus. Keinginan untuk sholat Lohor berjamaah di Masjid Agung Kudus peninggalan Sunan Kudus akhirnya terlaksana juga.
Suasana hening ketika ibadah sholat telah dimulai. Para jemaah telah mengambil shaf sholatnya dan membuat barisan rapi mengikuti gerak Imam yang begitu tawadu memimpin sholat Lohor Selasa siang kemaren. Ini adalah kunjungan pertama sehat dengan reiki bisa melaksanakan sholat berjamaah lohor di masjid agung Kudus ini. Sungguh menatap langsung bangunan masjid ini hati terasa bergetar mengingat ke masa silam ketika mesjid ini dibangun oleh salah seorang Wali Songo.
Keunikan Masjid Menara Kudus sudah terlihat dengan bentuk desain bangunan masjid yang merupakan perpaduan budaya Hindu dan Islam. Sebagaimana kita ketahui bahwa sebelum Islam ada di Tanah Jawa sudah ada agama Hindu dan Budha di Tanah Jawa dengan peninggalan Candi dan Pura. Selain itu juga ada kepercayaan yang menyembah Roh Nenek Moyang ( Animisme ) dan kepercayaan kepada benda-benda ( Dinamisme ).
Penyebaran agama Islam di Jawa dilakukan oleh para pedagang yang dipelopori oleh Maulana Maghribi yang lebih dikenal dengan nama Maulana Malik Ibrahim.Beliau menyebarkan agama Islam tidak sendiri tetapi bersama-sama dengan Wali lain atau disebut dengan Wali Songo. Mereka menyampaikan risalah Islam dengan cara berbeda salah satunya Kanjeng Sunan Kudus yang mempunyai nama lain Ja'far Shodiq.
Ketika saya berada di bangunan masjid ini setelah melaksanakan sholat Lohor berjamaah melihat bagaimana Masjid Menara Kudus menjadi bukti adanya sebuah perpaduan antara Kebudayaan Islam dan Kebudayaan Hindu sehingga telah menghasilkan sebuah bangunan yang tergolong unik bergaya arsitektur tinggi. Sebuah bangunan masjid namun dengan menara berbentuk Candi dan berbagai ornamen lain bergaya Hindu.
Dalam sejarah Wali songo mesjid ini didirikan oleh Sunan Kudus atau Ja'far Shodiq.Beliau adalah putera dari R. Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung di Jipang Panolan sebelah utara Blora. Sunan Kudus menikah dengan Dewi Rukhil, puteri dari R.Makdum Ibrahim atau sunan Bonang di Tuban. R. Makdum ibrahim adalah putera R.Rachmad ( Sunan Ampel ) putera dari Maulana Ibrahim.
Dengan demikian Sunan Kudus adalah menantunya Kanjeng Sunan Bonang. Sunan Kudus dikenal sebagai ahli agama juga dikenal sebagai ahli tauhid,ilmu hadist dan ilmu fiqh. Cara Sunan Kudus menyebarkan Agama Islam dengan penuh kebijaksanaan terhadap penduduk yang kala itu memeluk agama Hindu.
Salah satu contoh adalah sapi merupakan hewan yang dihormati agama Hindu. Suatu ketika Kanjeng sunan Kudus mengikat sapi di pekarangan mesjid. Setelah mereka datang maka Sunan Kudus segera bertabligh dan akhirnya banyak penduduk yang memeluk Islam. Dan sampai sekarang pun di wilayah Kudus, khususnya Kudus Kulon dilarang menyembelih sapi sebagai penghormatan terhadap Agama Hindu dan larangan ini tetap dipatuhi oleh masyarakat Kudus.
Ceritera Menara Kudus pun ada berbagai versi. Ada yang mengatakan Menara Kudus merupakan Candi orang Hindu bentuknya mirip dengan Candi Kidal di Jawa Timur. Ada yang mengatakan di bawah menara mesjid Kudus ada sumber air kehidupan. Karena khawatir akan dikultuskan maka sumber air itu ditutup dengan bangunan menara.
Kesan yang terlihat sehari-harinya adanya pengunjung yang berwisata ke Masjid Agung Kudus sekaligus berziarah ke Makam Sunan Kudus. Kesan historis inilah yang menarik wisatawan religi dan wisatawan biasa berkunjung ke mesjid ini.Siang itu begitu ramai pengunjung melihat keindahan ornamen mesjid dan menara mesjid Kudus.
Tanggal 10 Syura merupakan puncak keramaian mesjid ini dalam rangka haul wafatnya Kanjeng Sunan Kudus. Mesjid ini terletak di tengah kota Kudus dekat alun-alun dan dikelilingi oleh perumahan penduduk yang cukup padat, sehingga mengurangi keindahan Masjid Menara Kudus yang saat ini masuk menjadi salah satu cagar budaya yang perlu dilestarikan. Agar terjaga kelestariannya penataan ruangan sekitar mesjid harus diperbaiki kembali sehingga kesan indah dan unik Masjid Menara Kudus tetap terjaga.
Berbicara Mesjid Menara Kudus memang mengasyikan tetapi kalau perut sudah berkeruyuk maka apa boleh buat kita mesti mencari makanan khas Kudus untuk makan siang. Pilihan jatuh ke Soto Kudus. Menyantap soto Kudus di habitat aslinya memang sedap kendatipun Soto Kudus sudah menyebar ke berbagai kota besar dan kecil di Indonesia bahkan Luar Negeri.
Siang kemaren sehat dengan reiki dan kerabat kerja bersantap siang di Kedai soto Kudus milik Pak Ramidjan di Jalan Jepara-Jember. Lokasi ini sangat dekat dicapai dari Masjid Menara Kudus. Semua orang di sekitar lokasi mesjid mengenal warung soto ini. Tempatnya biasa saja tidak mewah atau unik, tetapi setelah mencicipi soto ini rasanya ingin menambah lagi.
Selain soto Kudus juga tersedia nasi pindang. Harganya murah dan terjangkau kocek kita yang sudah tipis karena tanggal tua. Nah apalagi yang khas Kudus? Selain Soto juga ada Jenang Kudus dan Rokok Keretek. "Ah kalau rokok keretek mendingan tidak usah," seloroh saya. Biarlah Mas Supir saja yang menikmati rokok keretek Kudus ini.
Sehat dengan reiki menulis dari Semarang untuk Sekolah Internet.
sholatnya kok pake telur dan soto ya mas... apakah bisa khusyuk.. hehe
canda..
salam kenal
suka banget...soto kudus...
aku pernah makan Soto Kudus Blok M. mak nyusss
dah barapa tahun gak kesana ya? duh jadi kangen...
Soto kudusnya uenak kayaknya... di jogja juga ada tuh yang jual...
tapi belum pernah ke kudus niiiih....
pengen nih jalan2 kesana..diater ya ..
wah kapan lagi ya bisa berkunjung kesini... udah lama G jalan2 sampai sini lagi... doa'in ya mbak biar bisa kesini lagi... hiks hiks. pekerjaan G kelar2