Naskah-naskah kuno sebagaimana diwartakan GeoWeek yang dilansir Kompas Minggu 31/11 menyatakan bahwa temuan manuskrip terhebat dalam sejarah modern ini menyebutkan, " Siapa yang menulis naskah kuno Laut Mati?". Manuskrip ini ditemukan di sebelas gua dan sejumlah tempat di sekitar Laut Mati sekitar tahun 1940-an itu merupakan teks-teks Perjanjian Lama yang usianya lebih tua 1000 tahun dari teks yang ada sebelum ini.
Manuskrip itu ditulis antara tahun 250 SM dan tahun 68 Masehi. Temuan ini memperkaya pengetahuan tentang kepercayaan Yudaisme dan Kristen. Meskipun demikian asal-usul naskah-naskah kuno itu masih menjadi misteri yang belum terkuak hingga saat ini. Anggapan selama ini adalah naskah-naskah kuno itu dibuat kaum Eseni, sebuah sekte Yahudi yang menetap di permukiman kunon disebut Qumran, sekitar 21 km sebelah timur Jerusalem.
Sejumlah bukti arkeologi terkini menunjukkan, naskah-naskah kuno itu kemungkinan merupakan karya sejumlah kelompok yang terkait dengan kuil di Jerusalem. Qumran juga merupakan tempat pembuatan tembikar. Naskah-naskah kuno itu dibungkus dengan bahan linen dan kemudian disimpan dalam pot keramik.
Para peneliti yang baru-baru ini melakukan penggalian di sekitar Gunung Zion menemukan sebuah cangkir berusia 2000 tahun yang bertuliskan huruf-huruf samar/cryptic yang serupa dengan yang digunakan pada naskah-naskah kuno Laut Mati. Temuan cangkir itu memunculkan spekulasi bahwa kaum Eseni kemungkinan bentukan para pendeta yang melarikan diri dari kuil di Jerusalem. Mereka lari dari kuil karena para raja secara tidak sah mengambil alih peran mereka.
Para pendeta yang membangkang itu kemudian mengembangkan tulisan samar sebagai cara untuk menyandikan tulisan mereka. Sejumlah naskah kuno bisa jadi merupakan dokumen yang berada di kuil dan kemungkinan disembunyikan di Qumran. Ketika bangsa Romawi menghancurkan kuil dalam penyerbuan ke Jerusalem tahun 70 Masehi, dokumen-dokumen yang disembunyikan di Qumran kemungkinan bertambah. Sampai saat ini asal-usul naskah kuno tersebut masih jadi perdebatan.
Sumber : GeoWeek/Kompas Minggu.
0 komentar