Bencana
mengubah struktur otak manusia. Perubahan itu berlangsung sepanjang
hidup. Adapun kemampuan seseorang pulih dari stres yang dipicu peristiwa
traumatik, seperti bencana, sangat bergantung pada diri mereka.
"
Otak tidak bersifat dinamis, bereaksi terhadap apa pun yang terjadi
pada diri dan lingkungannya, " ujar profesor psikiatri pada Sekolah
Kedokteran Yale, AS, Rajita Sinha, kepada Livescience, Selasa ( 29/4 ).
Penelitian pemindaian otak 37 mahasiswa sebelum dan sesudah gempa besar
di timur Jepang tahun 2011 menunjukkan, volume hipokampus dan korteks
orbitofrontal responden menurun sesaat pasca bencana. Setahun kemudian,
volume hipokampus terus susut seiring tingkat depresi dan kecemasan
responden yang tak membaik.
Sebaliknya,
volume korteks orbitofrontal justru naik akibat meningkatnya
penghargaan terhadap diri. Belum diketahui apakah penghargaan terhadap
diri yang penting untuk menghadapi stres itu bersifat sebab akibat.
Namun, penghargaan diri membuat seseorang mampu mengatur emosi.
Sumber : Kilas Iptek / Livescience / MZW.
0 komentar